artikel, skripsi dan tesis islam

artikel, skripsi dan tesis islam pilihan untuk pencerahan pemikiran keislaman

Rabu, 21 Januari 2009

Menjawab Sidogiri (4)

Menjawab Sidogiri (4)
Ditulis pada April 2, 2008 oleh Ibnu Jakfari

v Ayat Kedua:

Diriwayatkan dari Abu Bashîr dari Imam Ja’far as. beliau berkata tentang firman Allah SWT.:

وَ مَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَ رَسُولَهُ (في ولايَةِ علِيٍّ و ولايَةِ الأئمَّةِ من بَعْدِهِ) فَقَدْ فازَ فَوْزاً عَظيماً.

“Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya [dalam wilayah/kepemimpinan Ali dan para imam setelahnya], maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzâb [33];71). Demikianlah ia turun.”

(HR. Al Kâfi, Kitâbul Hujja, Bab Fîhi Nukat wa Nutaf Min at Tanzîl Fî all Wilâyah,1/414 hadis no.8 dengan ta’lîq Ali Akbar al Ghiffâri dan,1/342 tanpa ta’lîq).

Dengan tamabahan kalimat: في ولايَةِ علِيٍّ و ولايَةِ الأئمَّةِ من بَعْدِهِ.

Ibnu Jakfari berkata:

Sebelum Tim Sidogiri menuduhnya sebagai hadis yang memuat adanya tambahan dalam Al Qura’n versi Syi’ah, tuduhan tidak berdasar itu telah dilontarkan para penulis Wahhabi bayaran, -dan ada kekhawatiran bahwa adik-adik, para penulis muda penuh semangat andalan Kyai Nawawi Abd. Djalil itu menelannya mentah-mentah dari muntahan kedengkian para penulis Wahhabi itu-, di antara mereka:

1) Ihsân Ilâhi Dzahîr dalam Asy Syi’ah wa Al Qur’ân:703. cet. Ke VI, terbitan Idârah Tujumân Al Qur’an. Lahor-Pakistan.

2) Shâbir ibn Abdurrahman Thu’aimah dalam Asy Syi’ah Mu’taqadan wa Madzhaban:103. Cet I, terbitan al Maktabah ats Tsaqafiyah. Beirut.

3) Ali Umar Furaij dalam Asy Syi’ah Fî at Tashawwur al Islami:16-17. Cet. I, terbitan Dar Ammâr Li an Nasyri wa at Tawzî’. Yordan.

4) Muhammad Mandzûr Nu’mâni:196 dalam ats Tsawrah Al Iraniyah Fî Mîzân al Islam, dengan pengantar Abul Hasan Ali an Nadawi dan Muhammad Ibrahim Syaqrah. Cet. I, terbitan Dar Ammâr Li an Nasyri wa at Tawzî’. Yordan.

5) Ahmad Muhammad Ahmad Jali:277. Cet.II, terbitan Markaz al Malik Faishal. Saudi Arabiah.

Tentang Hadis di Atas

Selain adanya dhu’f pada sanadnya dikarenakan dua perawi yang menjadi perantara periwayat sabda Imam Ja’far as. di atas, yaitu Al Mu’alla dan al Bathâini. Yang karenanya al Majlisi dalam Mirât al ‘Uqûl (syarah al Kâfi) melemahkannya..[1]

Selain hal itu, adalah penting bagi kita sebelum mengkaji lebih lanjut hadis-hadis para imam suci Ahlulbait as. yang menyebut adanya tambahan tertentu yang disisipkan di antara kalimat-kalimat suci Al Qur’an al Majîd, untuk menyimak dan memperhatikan mukaddimah di bawah ini dan kemudian kita jadikan pijakan dalam memahami hadis-hadis para imam suci Ahlulbait as. yang diisukan memuat adanya tambahan penyebutan nama-nama para imam as. dalam Al Qur’an!

Tidak Ada Sebutan Nama Imam Ali as. Dalam Ayat Al Qur’an!

Adalah keyakinan yang tidak dapat ditawar dalam akidah Syi’ah bahwa di dalam Al Qur’an al Karîm telah ditegaskan hak imamah Ali dan para imam suci dari keturunan beliau as., akan tetapi keyakinan demikian tidak berarti Syi’ah meyakini bahwa nama terang Imam Ali dan para imam suci Ahlulbait as. telah disebutkan dalam teks ayat-ayat Al Qur’an! Bahkan dapat dipastikan di sini bahwa para ulama Syi’ah –berdasarkan hadis-hadis shahihah- tegas-tegas mengatakan bahwa nama terang Imam Ali dan para imam dari keturunan beliau as. tidak pernah disebut dalam ayat-ayat Al Qur’an!

Al Kulaini telah meriwayatkan dalam kitab al Kâfi-nya dengan sanad shahih melalui dua jalur yang bersambung kepada Abu Bashîr (perawi yang sama dengan hadis al Kâfi di atas), ia berkata, “Aku bertanya kepada Abu Abdillah (Imam Ja’far) as. tentang firman Allah:

أَطيعُوا اللَّهَ وَ أَطيعُوا الرَّسُولَ وَ أُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

“… taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu…. “

maka beliau bersabda, “Ia turun untuk Ali, Hasan da Husain.”

Aku kembali bertanya, “Orang-orang berkata, lalu mengapakah nama Ali dan Ahlubaitnya tidak disebut dalam Kitabullah (Al Qur’an)?!

Imam menjawab, “Katakan kepada mereka, ‘Telah turun kepada Rasulullah saw. perintah shalat, tetapi tidak disebutkan berapa raka’atnya, tiga atau empat, sehingga Rasulullah-lah yang menafsirkannya kepada mereka hal itu.’”

(HR. Al Kâfi,1/226 hadis no.1, Kitabul Hujjah, Bab Mâ Nashsha Allahu wa Rasululuhu ‘Ala al Aimmah wâhidan fawâhidan.)

Sayyid Imam Abul Qâsim al Khûi (RH) berkata menjelaskan hadis di atas, “Riwayat ini adalah hâkimah/ penentu makna dari seluruh riwayat dan penjelas maksud bahwa disebutnya nama para imam as. dalam Al Qur’an adalah dengan menyebut kreteria dan sifat, bukan dengan menyebut nama terang.”[2]

Ibnu Jakfari berkata:

Coba Anda renungkan baik-baik, Imam Ja’far as. dalam hadis di atas memastikan kepada Abu Bashîr bahwa nama Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain as. tidak disebutkan dalam Al Qur’an, akan tetapi, Rasulullah-lah yang menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an dan mengaitkannya dengan para imam suci Ahlulbait as. atas dasar wahyu Allah SWT. Lalu kemudian beliau as, juga mengatakan kepada Abu Bashîr bahwa nama Ali disebut dalam ayat:

وَ مَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَ رَسُولَهُ (في ولايَةِ علِيٍّ و ولايَةِ الأئمَّةِ من بَعْدِهِ) فَقَدْ فازَ فَوْزاً عَظيماً .

Mungkinkah itu?!

Selain itu, perlu diketahui bahwa Abu Bashîr adalah sahabat dan murid khusus Imam Ja’far as., jadi jika memang nama Imam Ali dan para imam as. itu disebutkan dalam Al Qur’an, pastilah Imam Ja’far as. akan menegaskan hal itu kepadanya dan mengatakan, misalnya ‘sebenarnya nama Ali, Hasan dan Husain telah disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an hanya saja kaum Muslimin membuangnya!! Ini yang pertama.

Kedua, seperti telah saya katakan sebelumya bahwa ayat-ayat yang dalam riwayat-riwayat tertentu Al Kâfi dibaca Imam as. dengan tambahan menyebut nama Ali dan para imam as., ternyata ayat itu pula dalam riwayat al Kulaini lainnya dalam al Kâfi-nya telah dibaca Imam as. dengan tanpa tambahan tersebut! Hal mana mengarahkan kita untuk berkeyakinan bahwa tambahan itu sebenarnya dibaca sebagai tafsir dan penjelasan makna ayat tersebut bukan bagian dari teks ayat!!

Al Kulaini meriwayatkan dalam al Kâfi dengan sanad bersambung kepada Yunus, ia berkata, “Abu Abdillah (Imam Ja’far) as. bersabda kepada Abbâd ibn Katsîr al Bashri ash Shûfi, ‘waihak, hai Abbâd, engkau tertipu oleh terpeliharanya perut dan farjimu (dari dosa). Sesungguhnya Allah berfirman dalam Kitab suci-Nya:

يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَ قُولُوا قَوْلاً سَديداً *يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمالَكُمْ…

“Hai orang- orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,* niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan- amalanmu….

ketahuilah bahwa Allah tidak akan menerima amal apapun darimu sehingga engkau berkata dangan kata yang adil …

وَ مَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَ رَسُولَهُ فَقَدْ فازَ فَوْزاً عَظيماً.

Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”

(HR. Al Kulaini dalam Rawdhah al Kâfi,8/107 hadis no.81).[3]

v Ayat Ketiga:

Di antara tuduhan palsu ialah bahwa ayat 87 dalam Al Qur’an Syi’ah telah disisipkan tambahan yang tidak ada dalam Al Qur’an kaum Muslimin sehingga ayat tersebut berbunyi demikian:

أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ (مُحَمَّدٌ) بِمَا لاَ تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ (بِموالاةِ عَلِيٍّ) اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيْقاً (مِنْ آلِ محمدٍ) كَذَّبْتُمْ وَ فَرِيْقاً تَقْتُلُوْنَ.

“Apakah setiap Muhammad datang kepada kalian dengan membawa misi yang tidak sesuai dengan keinginan kalian tentang kepemimpinan, wilayah Ali lalu kalian bertindak angkuh; sebagian dari keluarga suci Muhammad kalian dustakan dan sebagian (yang lain) kalian bunuh?” (HR. Al Kâfi,1/418 no.21)

Sementara redaksi ayat tersebut dalam Al Qur’an yang beredar adalah demikian:

أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ بِمَا لاَ تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيْقاً كَذَّبْتُمْ وَ فَرِيْقاً تَقْتُلُوْنَ

“…. Apakah setiap rasul datang kepada kalian dengan membawa misi yang tidak sesuai dengan keinginan kalian lalu kalian bertindak angkuh; sebagian dari (para rasul itu) kalian dustakan dan sebagian (yang lain) kalian bunuh?”

Ibnu Jakfari berkata:

Hadis tersebut dalam al Kâfi diriwayatkan dengan sanad sebagai berikut[4]: Dari Ahmad ibn Idris dari Muhammad ibn Hassân dari Muhammad ibn Ali dari Ammâr ibn Marwân dari Munakhkhal dari Jabir dari Abu Ja’far (Imam al Baqir) as., “Sesungguhnya beliau bersabda:

أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ (مُحَمَّدٌ) بِمَا لاَ تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ (بِموالاةِ عَلِيٍّ) اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيْقاً (مِنْ آلِ محمدٍ) كَذَّبْتُمْ وَ فَرِيْقاً تَقْتُلُوْنَ.

Pertama-tama yang perlu diperhatikan di sini ialah bahwa dalam riwayat tersebut tidak terdapat penegasan kalimat: hâkadza nazala/demikianlh ayat itu diturunkan! Yang oleh Tim Penulis Sidogiri dijadikan ujung tombak serangan dan tuduhan bahwa tambahan itu tidak mungkin dimaksud sebagai tafsiran, seperti telah kami singgung sebelumnya.

Kenyataannya, dalam hadis di atas Imam Muhammad al Baqir as. (Imam kelima Syi’ah Ja’fariyah) pernyataan itu tidak ada. Maka dengan demikian runtuhlah pilar tuduhan mereka!

Semoga kesalahan itu tidak diakibatkan karena mereka hanya percaya kepada nukilan provokatif para penulis Wahhabi bayaran itu!

Kedua, seperti telah disinggung, bahwa tambahan-tambahan semacam itu adalah dalam rangka menafsirkan makna ayat yang mungkin terlewatkan atau terabaikan.

Perhatikan riwayat dari Imam Muhammad al Baqir as. di bawah ini:

Imam al Baqir as. bersabda, “Ini adalah percontohan untuk Muas dan para rasul setelahnya dan juga Isa –semoga shalawat Allah tercurahkan untuk mereka semua- yang Allah jadikan percontohan bagi umat Muhammad saw., maka Alllah berfirman kepada mereka:

فَإِنْ جاءكم مُحَمَّد صلى الله عليه و آله و سلم بِمَا لاَ تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ بِموالاةِ عَلِيٍّ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيْقاً مِنْ آلِ محمدٍ كَذَّبْتُمْ وَ فَرِيْقاً تَقْتُلُوْنَ.

“…. Apakah jika Muhammad datang kepada kalian dengan membawa misi yang tidak sesuai dengan keinginan kalian berupa kepemimpinan Ali, maka kalian bertindak angkuh; sebagian dari keluarga suci Muhammad kalian dustakan dan sebagian (yang lain) kalian bunuh?”

Imam al Baqir as. bersabdda:

فَذلِكَ تفسيرُها في الباطِن.

“Demikianlah tafsir ayat itu dalam makna batin (yang tersimpang/dalam).”[5]

Maka dengan demikian jelaslah bagi Anda yang mau merenung bahwa maksud kata-kata Imam as. , ‘Allah berfirman kepada mereka” bukanlah bahwa kalimat itu semata memuat teks murni Al Qur’an, akan tetapi ia sedang membacakan ayat suci yang disertai dengan tafsir batin ayat tersebut!

Lalu jika demikian kenyataannya… Dan demikian penegasan Imam al Baqir as. apa alasan Tim Penulis Sidogiri memasukkannya sebagai bukti perubahan Al Qur’an Syi’ah? Apa motivasi memprovokasi awam dengan menyebut contoh di atas?

Dalam kesempatan ini izinkan kami mengingatkan Tim Sidogiri dengan sabda suci Imam kami as. ketika beliau menasihati Abbad al Bashri ash Shufi, “ketahuilah bahwa Allah tidak akan menerima amal apapun darimu sehingga engkau berkata dangan kata yang adil ….”

Apa yang sedang kalian lakukan sekarang ini adalah meruntuhkan pilar-pilar kedamaian, keharmonisan dan persaudaraan di antara umatt Sayyiduna Muhammad saw.

Aktifitas terbaik yang dapat dilakukan seorang Muslim adalah apa yang digariskan Allah SWT dalam Al Qur’an:

لا خَيْرَ في‏ كَثيرٍ مِنْ نَجْواهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَ مَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ ابْتِغاءَ مَرْضاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتيهِ أَجْراً عَظيماً.

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. ( QS. An Nisâ’ [4];114 )

Lakukanlah langkah-langkah ishlâh positif untuk mencari titik temu seperti apa yang dilakukan DR. Quraisy Syihab dan para Tokoh Pemersatu Umat dengan menghadirkan nuansa sejuk nun santun. Sebab bergerak pada poros ruhâ ishlâh akan mendatangkan rahmat Allah dan menjadikan kita digolonggkan sebagai orang-orang Muhsinîn demikian itu lebih baik.

Allah SWT berfirman:

وَ لا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِها وَ ادْعُوهُ خَوْفاً وَ طَمَعاً إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَريبٌ مِنَ الْمُحْسِنينَ .

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al A’râf [7];56)

Dan tidak mendorong saya menggerakkan jari jemari saya untuk menuliskan tanggapn ini melainkan mencari ishlâh di antara umat Rasulullah saw., berqudwah dengan cucu tercinta Rasulullah al Husain as. ketika bangkit melawan kezaliman dan ketidak adilan serta pemutar-balikan fakta agama atas nama agama. Slogan beliau as. hanya satu:

إنَّما خَرَجْتُ لِطَلَبِ الإصلاح في أُمَّةِ جَدِّي وَ أسيرُ بِسيرَة علِيٍ (ع).

Aku bangkit demi mencari ishlâh di tengah-tengah umat kakekku (rasulullah) dan menipak tilasi jalan Ali.

Kendati Yazid putra Mu’awiyah yang merampas kepemimpinan dan menduduki kursi kekhalifahan Rasulullah serta membantai anggota keluarga Nabi saw. di padang Karbala, membantai penduduk kota suci Madimah dari kalangan putra-putra para sahabat dan kemudian mengizinkan pasukannya berbuat apa saja sekehendak mereka terhadap penduduk kota suci tersebut; membantai warga sipil, memperkosa putri-putri sahabat Nabi saw., dan menghancurkan al Ka’bah al Musyarrafah, Yazid yang melakukan itu semua kejahatan dan kedurjanaan itu juga mengaku sedang berbuat ishlâh untuk umat Islam dan menuduh Husain –cucu tercinta Nabi- sebagai yang sedang memecah belah kesatuan umat dan menebar kerusakan di muka bumi!! Menuduh penduduk kota Madinah sebagai pembaangkang yang harus ditundukkan dan memberikan bai’at kepada “Amirul Mu’imîn dan Khalifatu Rasuli Rabbil ‘Alâmiîn” Yazid ibn Mu’awiyah.

إِنْ أُريدُ إِلاَّ الْإِصْلاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَ ما تَوْفيقي‏ إِلاَّ بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَ إِلَيْهِ أُنيبُ.

“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan ( pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada- ya- lah aku kembali.” (QS. Hûd [11];88 (

Dan saya yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan upaya orang yang mencari ishlâh.

Allah SWT berifman:

إِنَّا لا نُضيعُ أَجْرَ الْمُصْلِحينَ.

“…. sesungguhnya Kami (Allah) tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS. Al A’râf [7];170)

Dan Allah SWT. Maha Mengetahui siapa dari hambah-hamba-Nya yang melakukan perbaikan dan siapa yang bekerja siang malam untuk merusak.

Allah SWT berfirman:

وَ اللهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ.

“Dan Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan.”

Dan apabila ada niatan baik di antara umat Islam, khususnya para ulama, para Kyai, dan para penulis untuk mencari titik temu di antara dua golongan dari umat Sayyiduna Muhammad saw. pastilah Allah SWT akan memudahkan jalan untuk itu! Yang penting ada niatan baik untuk mencari mufakat dan ishlâh!

إِنْ يُريدا إِصْلاحاً يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُما إِنَّ اللَّهَ كانَ عَليماً خَبيراً.

“Jika kedua orang hakam (negoisator) itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. An Nisâ’ [4];35)[6]

Untuk sementara ini saya cukupkan dengan mengupas tiga contoh “tiga ayat Al Qur’an Syi’ah” dalam pandangan Tim Penlis Sidogiri, sebab kedalapan contoh lainnya dapat dimenegrti keadaannya dan maksudnya dengan kembali kepada kaidah dasar dan pemaknaan umum yang diyakini ulama dan tokoh pembesar Syi’ah mulai dari Syeikh ash Shadûq, Syeikh Mufîd hingga Imam Khumaini (RH).

Kini pembaca saya ajak menyimak hadis/riwayat Ahlulsunnah yang bernada serupa yaitu adanya tambahan teks pada ayat Al Qur’an yang tidak dapat kita temukan dalam Al Qur’an umat Muslim yang beredar sekarang, sementara itu juga ditegaskan bahwa demikianlah dahulu Allah menurunkannya!
(Bersambung)

[1] Mirât al ‘Uqûl,5/14. Tentang al Mu’alla an Najjâsyi berkata, “Ia mudhtharibul hadis wal madzhab, wa kutubuhu qarîbah.” (Rijâl an Najjâsyi,418/1117) Sedangkan mengenai al Bathâini, Ibnu adh Dhaghâiri berkata, “Yu’rafu hadîtsuhu wa ynkaru, wa yarwi ‘an adh dhu’afâ’, wa yajûzi an yukhraj syâhidan.” (Rijâl al Allâmah,1/259 dan Majma’ ar Rijâl,1/113)

[2] Tafsir al Bayân:231.

[3] Hadis ini dan hadis yang dituduh memuat tambahan oleh Tim Sidogiri, keduanya dapat Anda baca dalam banyak kitab Syi’ah, di antaranya: tafsir Kanz ad Daqâiq; Mirza Muhammad al Masyhadi (W.1152H) ,8/232, cet. Muassasah an Nasyri al Islami. Qom-Iran dan tafsir ash Shâfi; Al Faidh al Kâsyâni,(W.1191H),4/206, cet Muassasah al A’lami, Beirut-Lebanons.

[4] Al Kâfi,1/429 baca juga Ta’wîl al Âyât adh Dhâhirah:80.

[5] HR. al Ayyâsyi dalam tafsirnya,1/48 hadis no.68.

[6] Kendati ayat di atas beerkaitan dengan persengketaan dalam rumah tangga antara seorang suami dengan istrinya, akan tetapi semangat yang diajarkan ayat tersebut pastilah sangat relevan untuk diterapkan dalam kasus sengketa dan kesalah-pahaman antara dua puak besar dari umat Islam; Syi’ah Imamiyah Ja’fariyah dan Ahlusunnah wal Jama’ah!

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda